HUNGRY GHOST FESTIVAL

Latar Belakang
Hungry Ghost Festival, atau disebut juga Zhongyuan Jie dalam tradisi Tionghoa, adalah salah satu perayaan penting yang didasarkan pada kepercayaan tradisional bahwa selama bulan ketujuh kalender lunar, pintu dunia arwah terbuka, dan roh-roh yang lapar (Hungry Ghosts) berkeliaran di dunia manusia. Festival ini mengakar dalam budaya Tionghoa, dengan tujuan menenangkan roh-roh tersebut melalui persembahan makanan, pembakaran kertas sembahyang, serta ritual lainnya agar mereka tidak mengganggu kehidupan manusia.
Masyarakat percaya bahwa roh-roh ini adalah jiwa-jiwa orang yang meninggal dengan tidak tenang, tidak mendapatkan penghormatan yang layak, atau tidak memiliki keturunan yang merawat dan mempersembahkan doa. Festival ini mencerminkan hubungan yang erat antara dunia hidup dan mati dalam budaya Tionghoa, serta pentingnya menjaga keharmonisan dengan leluhur.
Konsep
1. Ritual dan Persembahan
Hungry Ghost Festival adalah persembahan makanan dan barang-barang kepada roh lapar, baik di kuil, rumah, atau jalanan. Biasanya, orang akan menaruh makanan, membakar uang kertas, dan mempersembahkan barang-barang yang dibuat dari kertas untuk menenangkan arwah orang yang dikasihi. Hal ini mencerminkan sikap hormat mereka terhadap leluhur.
2. Simbolisme
Roh-roh yang lapar dianggap sebagai simbol dari jiwa-jiwa yang tersiksa atau mereka yang mengalami ketidakpuasan selama hidupnya. Persembahan makanan menjadi lambang kasih sayang dan perhatian manusia terhadap jiwa-jiwa yang hampir terlupakan.
3. Antara Dua Dunia
Ritual ini menunjukkan bahwa masyarakat Tionghoa memandang hubungan antara dunia manusia dan dunia roh tidak putus, melainkan penuh dengan pengaruh spiritual.
4. Pertunjukan dan Seni
Berbagai pertunjukan seperti opera dan pertunjukan drama seringkali digelar sebagai hiburan untuk roh-roh. Pertunjukan ini tidak hanya ditujukan untuk menghormati arwah, tetapi juga sebagai cara untuk memperkuat nilai-nilai budaya dan meneruskan tradisi pada generasi muda.
Oleh: Isabel Larissa / 18
Mengapa Tema Ini?
Kami memilih Hungry Ghost Festival sebagai tema plating makanan karena festival ini membawa elemen visual dan simbolik yang kuat, memberikan sentuhan estetis dan mendalam pada penyajian hidangan. Dalam tradisi ini, makanan memiliki makna spiritual sebagai persembahan kepada roh-roh yang lapar sehingga plating dapat dirancang seperti sebuah persembahan, penuh dengan warna-warna kaya seperti merah dan emas yang melambangkan kemakmuran dan penghormatan.
Makanan bisa disusun dalam bentuk altar atau persembahan, menonjolkan kelimpahan dan keindahan yang seolah-olah memuaskan roh-roh yang lapar, serta menyampaikan makna bahwa makanan tidak hanya untuk dikonsumsi, tetapi juga bagian dari ritual sakral.
Selain itu, tema ini mengeksplorasi keseimbangan antara kehidupan dan kematian, yang bisa tercermin dalam kombinasi rasa dan tekstur, sehingga menghasilkan pengalaman kuliner yang lebih mendalam dan filosofis.
Elemen-Elemen
Dupa
Dupa yang dibakar saat persembahan menghubungkan dunia fisik dengan dunia spiritual. Asap yang naik ke atas melambangkan doa-doa dan harapan yang kita kirimkan kepada leluhur serta arwah-arwah yang tersesat agar mereka mendapatkan kedamaian dan tidak lagi mengganggu kehidupan manusia.
Bakpao
Melambangkan kesejahteraan dan kelimpahan serta harapan agar roh-roh mendapatkan ketenangan dan kepuasan. Bentuknya yang bulat juga melambangkan siklus kehidupan yang terus berputar.
Bunga dan Vas
Melambangkan kehidupan yang sementara namun indah. Bunga yang mekar tetapi cepat layu mengingatkan kita akan keindahan kehidupan yang singkat dan pentingnya menghargai setiap momen. Vas yang menyimpan bunga menunjukkan bagaimana kita menyimpan kenangan dan penghormatan kepada mereka yang telah tiada.
Teapot
Menyajikan teh bagi roh-roh lapar adalah bentuk penghormatan yang mendalam, seakan mempersembahkan yang terbaik untuk tamu agung dari dunia lain.
Buah-buahan
Melambangkan kemakmuran dan kesuburan. Buah-buahan ini diberikan untuk menunjukkan perhatian dan kasih sayang kepada roh-roh, serta harapan agar mereka memperoleh makanan yang mereka butuhkan.
Mie, Ayam, dan Bokchoy
Mie melambangkan panjang umur dalam budaya Tionghoa. Warna coklat dari ayam emas melambangkan kelimpahan dan keberuntungan, sementara warna hijau dari bokchoy melambangkan regenerasi dan kehidupan baru. Kombinasi ini mengingatkan kita bahwa meski hidup dan mati adalah dua dunia yang berbeda, keduanya saling melengkapi dan membentuk siklus alam yang abadi.
Oleh: Dominique Faradissa / 14
Bahan
Mie
- Mie mentah 面条 (miàntiáo)
- Air 水 (Shuǐ)
- Daun bawang 葱 (Cōng)
- Kecap asin 酱油 (Jiàngyóu)
- Saus tiram 蚝油 (Háoyóu)
- Minyak wijen 芝麻油 (Zhīmá yóu)
Ayam Kecap
- Dada ayam 500gr
- Kecap manis
- Kaldu jamur
- Bubuk kunyit
- Daun bawang
- Jahe
- Garam
- Gula
- Minyak goreng
- 4 siung bawang putih
Garlic Oil 大蒜油 (Dàsuàn yóu)
- 15 siung bawang putih
- Minyak goreng 100ml
- Kulit ayam 200gr
- Garam
- Kaldu jamur
Chili Oil
- Chili flakes 250gr
- Minyak goreng 250ml
- Garam
- Kaldu jamur
- 8 siung bawang putih
Oleh: Stevanie tristan / 34
Leave a Reply