Mengapa BU?- Esai

dissa Avatar

·

·

Dominique Faradissa Angela XII MIPA 5/14
Glenys Estella Hermando XII MIPA 5/15
Gregorius Crescendeo Voce Anima/16

Boston University berpegang teguh pada prinsip-prinsip pendiriannya: “bahwa pendidikan tinggi harus dapat diakses oleh semua orang dan bahwa penelitian, keilmuan, penciptaan seni, serta praktik profesional harus dilakukan demi kepentingan masyarakat luas—baik di tingkat lokal maupun internasional. Prinsip-prinsip ini terus bertahan dalam komitmen Universitas terhadap nilai keberagaman dalam tradisi dan standar keunggulannya, serta keterlibatan dinamisnya dengan Kota Boston dan dunia.”

Apa yang paling membuat Anda bersemangat untuk menjadi mahasiswa di BU? Bagaimana Anda berharap dapat berkontribusi pada komunitas kampus kami?

“Sebuah tujuan yang mulia, namun melankolis,” ujar guru ekonomi saya ketika saya memberikan aspirasi saya di kelas. Mengatasi rendahnya tingkat literasi keuangan di Indonesia—di mana lebih dari setengah populasi mengalami kesulitan finansial akibat UMKM yang tidak terjangkau layanan perbankan, meskipun mereka mencakup 99% unit bisnis—dianggap banyak orang sebagai perjuangan yang berat. Pembangunan yang terpusat di Pulau Jawa semakin memperparah ketimpangan ekonomi, mengabaikan hampir setengah populasi negara yang tinggal di luar Jawa. “Selama negara kita masih melihat pulau-pulau di luar Jawa sebagai sekadar wilayah pinggiran, kesetaraan akan tetap menjadi utopia,” katanya. Kata-katanya, meskipun terdengar mengecilkan hati, tetap terngiang dalam benak saya—bukan sebagai penghalang, tetapi sebagai bahan bakar untuk tekad saya.

Sejak kecil, saya sering menyaksikan secara langsung perjuangan finansial yang dihadapi para pelaku usaha kecil. Paman saya, seorang pemilik toko di Jawa Timur yang bekerja keras, selalu berjuang melawan kenaikan biaya, keterbatasan modal, dan sulitnya mengakses layanan perbankan formal. Dia bergantung pada rentenir yang menetapkan bunga tinggi, membuatnya terjebak dalam siklus utang. Saat saya berusia lima belas tahun, saya membantunya memahami platform pembayaran digital, dan saya melihat rasa lega di matanya ketika dia menyadari bahwa dia bisa melakukan transaksi tanpa harus membayar biaya yang tidak masuk akal. Momen itu mengukuhkan keyakinan saya bahwa teknologi finansial memiliki potensi besar untuk mengubah lanskap ekonomi Indonesia.

Terinspirasi oleh alumnus BU, Alexandria Ocasio-Cortez, dan Green New Deal-nya yang transformatif, saya bercita-cita merevolusi ekosistem keuangan Indonesia dengan mengembangkan platform fintech yang mendukung pertumbuhan UMKM sekaligus mencegah praktik pinjaman predator. Kursus seperti IS 223 Information Systems dan mata kuliah pilihan dalam Financial Technology akan memberi saya dasar teknis untuk membangun solusi keuangan yang berkelanjutan dan dapat diakses oleh pelaku usaha kecil. Selain itu, Capstone Project yang menekankan pembelajaran berbasis pengalaman akan memungkinkan saya menerapkan ilmu saya pada tantangan dunia nyata di pasar negara berkembang, mengasah keterampilan pemecahan masalah dalam konteks praktis.

Di luar akademik, program magang dan studi di luar negeri BU, seperti di Sydney, akan sangat berharga. Mengamati ekosistem fintech global secara langsung akan membuka wawasan saya terhadap model bisnis inovatif yang dapat diadaptasi untuk mengatasi tantangan unik di Indonesia. Selain itu, koneksi BU yang kuat dengan perusahaan keuangan dan inkubator akan memberi saya kesempatan untuk berkolaborasi dengan para profesional, mendapatkan bimbingan, dan menyempurnakan visi saya tentang inklusi keuangan.

Meskipun ketertarikan saya pada dunia keuangan mendorong ambisi saya, kecintaan saya pada musik telah membentuk identitas saya. Pengalaman saya selama satu dekade dalam paduan suara, yang berpuncak pada kemenangan di Taiwan International Choral Festival, telah mengajarkan saya disiplin, kerja sama tim, dan ketahanan. Berkompetisi di panggung internasional, di mana setiap nada dan harmoni sangat berarti, menunjukkan kepada saya bagaimana upaya kolektif dapat menciptakan sesuatu yang luar biasa. Saya berharap dapat melanjutkan passion ini dengan bergabung dalam Symphonic Chorus BU dan mengambil mata kuliah CFA MP 135 dan 136, dengan impian tampil di Symphony Hall.

Musik juga menjadi sarana saya untuk melayani masyarakat. Sebagai bagian dari program pengabdian masyarakat, saya mengajar musik kepada anak-anak kurang mampu, menggunakan ritme dan melodi sebagai alat ekspresi diri. Saya telah melihat bagaimana musik mampu mengangkat, menghubungkan, dan memberdayakan—nilai-nilai yang ingin saya bawa ke komunitas seni yang beragam di BU.

Di BU, saya akan menggabungkan passion saya dalam bidang keuangan, musik, dan pengabdian masyarakat, merangkul pendekatan multidisipliner untuk kepemimpinan. Dengan mengkombinasikan teknologi finansial dan kepedulian sosial, saya berharap tidak hanya mendorong perubahan ekonomi di tanah air saya, tetapi juga memberikan kontribusi yang bermakna bagi komunitas BU yang dinamis dan visioner.

Tujuan ini mungkin terdengar melankolis, seperti yang pernah dikatakan guru ekonomi saya. Namun bagi saya, sesuatu yang tampak mustahil hanyalah sebuah undangan untuk berinovasi.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *