Enam hari lagi. Jantungku berdebar kencang setiap kali mengingat tanggal itu. Ujian Praktik Umum (Uprak Umum) akan segera tiba. Bukan hanya aku, tapi seluruh kelas merasakan hal yang sama. Kecemasan bercampur dengan harapan memenuhi ruang kelas setiap harinya.Setiap pulang sekolah, aku langsung menuju meja belajar. Buku-buku tebal dan catatan berserakan, menjadi saksi bisu perjuanganku. Matematika, IPA, Bahasa Indonesia, semuanya seolah berlomba-lomba menguji otakku. Tak jarang, aku merasa putus asa, ingin rasanya menyerah.Namun, bayangan impian dan dukungan orang tua membuatku kembali bangkit. Aku ingat kata-kata Bu Ani, guru Matematika favoritku, “Kegagalan adalah guru terbaik. Jangan takut salah, teruslah mencoba.” Kata-kata itu menjadi mantra yang selalu kuulang-ulang.Di tengah kepanikan, kami, teman-teman sekelas, saling menguatkan. Belajar kelompok menjadi rutinitas harian. Kami berbagi ilmu, saling menjelaskan materi yang sulit, dan tak lupa, saling menghibur. Tawa kecil di sela-sela belajar menjadi obat penawar stres.Malam semakin larut, tapi semangat kami tak padam. Kami tahu, enam hari bukanlah waktu yang lama, tapi cukup untuk mempersiapkan diri sebaik mungkin. Kami berjanji untuk memberikan yang terbaik, bukan hanya untuk diri sendiri, tapi juga untuk orang-orang yang kami sayangi.Hari-hari menjelang Uprak Umum terasa begitu cepat. Setiap detik berharga, setiap lembar catatan menjadi senjata. Kami bertekad untuk menghadapi tantangan ini dengan kepala tegak dan hati penuh keyakinan.Enam hari lagi, kami akan membuktikan bahwa kami mampu. Kami akan menunjukkan bahwa kerja keras dan doa akan membuahkan hasil yang manis. Semoga kisah ini bisa membuatmu lebih semangat dalam menghadapi Uprak Umum ya.
Leave a Reply